SARAPAN / HARAPAN

Cukup lama aku berdiam diri selepas mandi, aku masih berdiri mematung didepan cermin. Baju apa yang akan aku kenakan sekarang? Dia tidak memintaku memakai ini itu, tapi, entah apa yang ada dalam benakku. Sampai dia menelpon karna mungkin aku terlalu lama. 

Huft... Oke sudahlah. Kali ini aku harus relax, tidak boleh dikuasai keadaan. Kuputuskan pakai blus cream celana jeans dan jilbab segi empat biasa. Blus yang tidak ketat, tapi aku memberanikan diri mengikat jilbab di leher atas, setidaknya aku tampil cukup santai dan tidak kaku. 

Dalam perjalanan tidak ada keputusan kami mau makan apa dan dimana, sampai dia bilang kalo selera berbeda, kita makan di prasmanan saja. Aku tunjukan tempat makan favorit mahasiswa. Flamboyan. Prasmanan, tempat luas, makanan beragam. 

Poin : Saat makan sambil ngobrol, aku tidak tahan dengan semua pertanyaan yang terpendam dalam kepala. Aku beranikan diri kembali bertanya, kenapa dia reques aku dengan pakaian seperti itu. Dan kenapa (seolah) aku di pamerkan pada umum. 

Dia menjawab dengan jelas, datar, tanpa merubah ekspresi, tanpa berusaha meyakinkan, dengan suara dan tempo yang tetap. 

 "Karna aku bangga, pasanganku diperhatikan. Justru kalau pasanganku tidak diperhatikan malah ada yang salah. Berarti pasanganku tidak menarik." Jawaban yang sama seperti saat itu. 

Tapi entah kenapa aku merasa senang, lega, dan berharap. Wait, berharap pada apa? Dia? Aku akan menikah tahun ini!! Dan bukan dengan dia.