"Aku mau benerin bra, sepertinya kaitnya lepas ketarik terlalu kencang sejak di tamansari tadi." Sergahku sambil berbisik.
Dia
hanya mengangguk kecil dan kemudian aku berlalu masuk ke toilet sedikit
di ujung melewati para pengunjung lain yang sedang menikmati
makanannya. Mungkin menikmati hal lain ketika aku berjalan melewati
mereka dengan sedikit tergesa.
Aku melepas cardiganku untuk
kemudian melepas bra. terdapat satu capstok kecil yang tertempel di
pintu dalam. Setelah aku melihat bra dengan tiga kait di belakang
ternyata patah dua, jadi kini hanya satu yang tersisa dan itu tidak
cukup mengikat kesemuanya.
"Ternyata kaitnya patah, percuma kalo dipakai." Isi pesan singkatku untuknya.
"Ya sudah gak usah dipakai, dari pada dipakai tanpa kait malah jadi jelek." Balasnya.
Aku
diam sejenak untuk berfikir. Aku kira siksaan ini akan segera selesai,
tapi ternyata belum. Makan di tempat umum dengan tengtop tanpa bra? yang
benar saja! Gerutuku dalam hati.
Aku meyakinkan diri, termenung
cukup lama. Hingga pintu kamar mandi di ketok. pura pura aku menyiramkan
air ke lantai agar pengantri tau aku masih di dalam hajat. Saat aku
ambil cardigan yang tergantung, tanpa sengaja terlepas dan terjatuh di
lantai toilet yang basah habis aku siram.
Duh, apa lagi ini?! aku menggerutu kesal.
"Cardiganku basah, aku gak bisa pakai, kotor lantai toilet." aku kirimkan pesan untuknya.
"Ya gak usah di pakai. tengtop aja cukup." jawabnya singkat.
"Mana mungkin? lalu aku lepas jilbab gitu?" Aku mulai panik.
"Jilbabmu
lepas, gak lucu pake tengtop doang sama pake jilbab. Masukan dalam tas.
nanti aku mintakan plastik ke pelayan. Jangan lama lama! Ada dua orang
cowok ngantri masuk toilet." jelasnya. Mungkin dia sedikit kesal dengan
kerewelanku kali ini.
"Jilbabmu
lepas, gak lucu pake tengtop doang sama pake jilbab. Masukan dalam tas.
nanti aku mintakan plastik ke pelayan. Jangan lama lama! Ada dua orang
cowok ngantri masuk toilet." jelasnya. Mungkin dia sedikit kesal dengan
kerewelanku kali ini.
Sudah tidak ada waktu lagi untuk berfikir
apa lagi untuk berlama lama di dalam toilet. Aku memberanikan diri,
keluar toilet dengan dia cowok didepan pintu. dengan tengtop tanpa bra
dan tidak ada penutup lain.
Huft.
Perlahan membuka pintu
setelah sesaat merapikan rambut lepekku, berjalan keluar dengan berusaha
setenang mungkin. Menyapu pandangan ke semua sudut ruangan mencari
dimana dia duduk. Berjalan perlahan berusaha mengurangi goncangan.
Sungguh
ini sangat menyiksaku. Semua mata seolah tersadar akan kehadiranku.
Reflek menoleh dan berbisik dengan teman mereka saat aku melintas di
hadapannya.
Inginku melangkah lebih cepat, tapi akan lebih
bergoncang akibatnya. Berjalan berlahan seolah sengaja menyajikan semua
tontonan dan siksaan ini kepada mereka. Aku merasakan waktu berjalan
lambat.
Hingga aku sampai pada meja, dengan dua makanan dan dua
minuman yang menungguku dari tadi. Posisi meja di sudut. Dia duduk
menghadap ke depan dan aku di beri tempat membelakangi keramaian. Aku
sedikit lega dengan posisi ini.
Aku pun menyantap makanan dengan
sedikit tergesa, maksud hati ingin segera selesai dan pulang. Tapi tidak
dengan dia yang terlihat begitu santai. Jelas saja aku tidak tenang.
Ini lingkungan mahasiswa, dekat dengan kampusku dan kost temen temenku.
Akupun berharap tidak bertemu dengan siapapun sampai aku selesai makan.
"Bagus juga ya?!" Ucapnya datar.
Aku terhenyak dari lamunan, tidak menjawab dan hanya memandangnya heran.
"Payudara kamu kencang, puntingnya proporsional. Bagus. Baru kali ini kan aku liat kamu gak pake bra?" Jelasnya.
"Biasa aja kok." jawabku singkat.
"Kamu kenapa kok makan terburu, tengok kanan kiri gak tenang gitu?" Tanya dia.
"Takut ada temenku." jawabku kembali singkat.
"Kamu diam, tenang, gak usah tengak tengok. Lagian rambut kamu sudah bisa mengkamuflase penampilan kamu." jelas nya menenangkan.
Bagaimana
aku bisa tenang, di keramaian hanya dengan tengtop tanpa bra. Banyak
orang orang asing yang aku gak kenal dari berbagai macam.
Makanku
sudah hampir habis, tapi dia dengan santainya hingga belum separuh dia
habiskan. bukannya ini prosi kecil yang gak sampai sepuluh menit
biasanya sudah habis termakan.
"Coba lihat." ucapnya singkat sambil menatapku datar.
Aku melotot tanpa berkata, yang kemudian dia berdiri meraih ujung tengtop di bawah dagu lalu menariknya ke bawah.
Aku
sempat protes dengan menahan tangannya. Dia hanya melihatku dengan
tatapan yang biasa aja kemudian melanjutkan menurunkan tengtop atasku
dan mengangkat payudaraku keluar. Kedua duanya!!
"Bagus beb, Aku suka." Ucapnya sambil meremas pelan payudaraku yang sudah mencuat keluar.
Aku
memejamkan mata. menahan semua gejolak yang ada. Malu, Takut, Horny,
Penasaran, Seru. Semuanya berkumpul menjadi satu hingga aku gemetaran
dan berkeringat dingin.
Dia melepas payudaraku, menyudahi siksaan
ini dan kembali melanjutkan makan. Saat aku akan menutup kembali
payudaraku dia melarang.
"Biar gitu, coba kamu nikmatin makan sambil ngobrol." ucapnya.
"Gak
mau ah, ini dari samping kelihatan." Protesku. Benar saja aku
membelakangi keramaian tapi dari sudut tepi aja sudah terlihat kalo
payudaraku terpampang tanpa penutup.
"Kamu jaga pake lengan kamu, coba nikmati." Dia tetap melarangku.
"Apanya yang dinikmati?" Aku semakin heran dengan permintaan dia yang semakin aneh dan ekstrim.
Kembali
aku akan menarik atas tengtop tuntuk menutupi payudaraku, kemudian dia
berkata dengan sedikit penekanan dan wajah yang serius.
"Kalau kamu nekat tutup itu sekarang, kamu pulang jalan kaki! Deket kan? 200 meter sampai."
Sudah
tak bisa berbuat apa apa lagi. 200 meter memang dekat, dan biasa aku
berjalan lebih dari itu saat belanja atau sekedar menikmati sore. Tapi
dengan seperti ini tidak mungkin. Jalanan ini sangat ramai. Aku akan
melewati ATM Center, Swalayan, Toko toko lain dan cafe yang biasa anak
anak cowok nongkrong.
Aku menyerah menuruti paksaannya.
"Kamu
sudah menikmati sexy di tempat umum untuk ngerjain orang yang penasaran
sampai kentang. Sekarang coba kamu nikmatin untuk diri kamu sendiri.
Mungkin sekarang belum. Tapi kali bisa, pasti kamu akan menikmati
keseruan ini." Jeda bicara dia sembari mengunyah dan menyuap makanan.
"Terkadang
perempuan direpotkan untuk menjaga penampilang untuk orang lain biar
tidak di cemooh, biar tampil menarik, biar ini itu. Kamu gak capek?
sekarang kamu bisa bertelanjang di tempat umum yang kamu nikmati sendiri
tanpa memikirkan lingkunganmu." imbuhnya.
Alasan dia tepat untuk
perempuan yang selalu direpotkan dengan penampilan. Didalam kamar
dengan pakaian seadanya yang begitu santai, simple, relax, akan di usik
ketika ada tamu atau sekedar keluar membeli sesuatu.
Aku
memejamkan mata. Sedikit bersandar pada kursi makan kecil yang tidak
nyaman. Menikmati hembusan angin yang menyapu seluruh indra kulit yang
tidak terbungkus. Mendengarkan semua kebisingan, obrolan orang, suara
kendaraan, dan gemuruh lain yang tidak terdefinisikan. ahhh, seandanya
aku duduk di sofa mungkin aku sudah terlelap.
Sesaat kenyamananku
terusik, beberapa pengunjung datang dan duduk di deretan meja persis di
belakangku. Aku membuka mata dengan segera membuka mata. Entah tiga
atau empat orang laki laki dan perempuan yang berbincang sambil menarik
kursi untuk duduk. aku tak berani menoleh dengan kondisi seperti ini.
Belum
sempat aku mau minta ijin untuk menutupi payudaraku kembali, dia
berdiri bilang untuk cuci tangan dan ke toilet. Mulutku mengaga,
terhenti saat akan berucap. Hanya bisa menunduk menutupi dengan lengan
dan rambut panjangku. Ingin menutupnya segera tapi kawatir akan ancaman
dia berjalan di keramaian 200 meter.
Ini
perasaan yang paling gila yang aku rasakan semenjak jalan bersama dia
hari ini. Butuh definisi seperti apa lagi? aku kehabisan kalimat.
Hingga
dia kembali dari cucitangan kemudian duduk, segera aku minta ijin untuk
bembenarkan pakaianku. Dan sangat beruntung aku di ijinkan. Entahlah,
aku malah seperti ingin berterimakasih dengan banyak kepadanya.
Dia
mengajak pulang karna hari sudah mulai gelap. Aku segera berdiri agar
dia tidak lantas berubah pikiran lagi. ingin segera sampai dan
beristirahat.
Keluar dari tempat makan dengan menunduk hingga
tempat parkir tepi jalan, kembali merasakan setiap mata menatap.
Berjalan dengan tengtop tanpa bra. Goncangan dan goyangan payudara yang
tidak teratur. Entah apa yang mereka pikirkan. Aku sudah tidak peduli.
Saat
sampai rumah kos, dia tidak turun. Langsung ingin pulang katanya.
sebelum aku memasuki pintu gerbang dia berucap. "Ini tadi yang kamu
lakukan namanya eksibisionis. Sebenarnya di jogja banyak yang melakukan
seperti itu."
"Dengan Sengaja? Untuk apa?" Tanyaku.
"Untuk
semua yang kamu rasakan hari ini. Sekedar ngerjain orang penasaran
sampe kentang, sampai yang kamu fantasi yang kamu nikmati sendiri."
Jelasnya.
"Ngerjain sih iya, tapi kan malu! Kalau nikmatin, apanya yang dinikmati?" Heran aku.
"Nanti
kamu coba cari cerita tentang itu, banyak kok yang shere pengalaman
eksibnya di Blog." jelasnya singkat dan lalu dia pergi setelah mengecup
keningku.
Aku suka dengan kecupan itu. Tapi banyak pertanyaan yang muncul di benakku.
Fantasi? eksibisionis?
Aku
memasuki rumah kos dengan hati hati, berharap tidak ada teman kos yang
berada di luar. Akan beralasan apa aku main keluar dengan pakaian
seperti ini?! Berjalan sedikit berjinjit, melewati beberapa kamar dengan
suara berisik didalamnya, hingga berhadapan dengan pintu kamar.
Tidak mungkin, aku pasti bersuara membuka pintu.
Belum sempat berfikir, aku mendengar suara di dapur ujung. Langsung saja aku membuka pintu dan masuk dengan cepat.
Mengunci pintu kamar, Menaruh semua barang bawaan, melepas jeans yang menyiksa, kemudian menghempaskan diri di atas ranjang.
Mengingat jengkal demi jengkal kejadian hari ini. Mengusap kecil ujung payudara dari luar tengtop.
haaaahhhh....
Apa yang sudah aku lakukan?
Kenapa aku bisa? kenapa aku mau? kenapa aku menikmati?
Eh, Sebentar... Menikmati?
Apakah aku menikmati?
Debar, malu, takut.
Oh iya, ada rasa puas ketika orang menatap dengan heran, memperlihatkan ekspresi tidak percaya dan penasaran.
Apakah itu menikmati?
Seperti saat aku memejamkan mata di tempat makan?
Mungkin iya.
Hingga aku teringat perkataan terakirnya. Memang iya banyak yang melakukan dan membagi pengalamannya?
Sontak
aku beranjak mengambil henpon dalam tas, mencari cari dengan keyword
yang aku ulang ulang. Eksibisionis. Fantasi. Jogja. Cerita. Pengalaman.
Semuanya.
Hingga aku menemukan "Nana Di Pom Bensin"
END
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusIni cerita eksibisionis beneran kan mbak?? Hehehe
BalasHapusHmmmm
BalasHapusSeru juga
BalasHapus