Kamis, 26 Desember 2019

MENGGILA Bagian 3


"Aku mau benerin bra, sepertinya kaitnya lepas ketarik terlalu kencang sejak di tamansari tadi." Sergahku sambil berbisik.

Dia hanya mengangguk kecil dan kemudian aku berlalu masuk ke toilet sedikit di ujung melewati para pengunjung lain yang sedang menikmati makanannya. Mungkin menikmati hal lain ketika aku berjalan melewati mereka dengan sedikit tergesa.

Aku melepas cardiganku untuk kemudian melepas bra. terdapat satu capstok kecil yang tertempel di pintu dalam. Setelah aku melihat bra dengan tiga kait di belakang ternyata patah dua, jadi kini hanya satu yang tersisa dan itu tidak cukup mengikat kesemuanya.

"Ternyata kaitnya patah, percuma kalo dipakai." Isi pesan singkatku untuknya.

"Ya sudah gak usah dipakai, dari pada dipakai tanpa kait malah jadi jelek." Balasnya.

Aku diam sejenak untuk berfikir. Aku kira siksaan ini akan segera selesai, tapi ternyata belum. Makan di tempat umum dengan tengtop tanpa bra? yang benar saja! Gerutuku dalam hati.

Aku meyakinkan diri, termenung cukup lama. Hingga pintu kamar mandi di ketok. pura pura aku menyiramkan air ke lantai agar pengantri tau aku masih di dalam hajat. Saat aku ambil cardigan yang tergantung, tanpa sengaja terlepas dan terjatuh di lantai toilet yang basah habis aku siram.

Duh, apa lagi ini?! aku menggerutu kesal.

"Cardiganku basah, aku gak bisa pakai, kotor lantai toilet." aku kirimkan pesan untuknya.

"Ya gak usah di pakai. tengtop aja cukup." jawabnya singkat.

"Mana mungkin? lalu aku lepas jilbab gitu?" Aku mulai panik.

"Jilbabmu lepas, gak lucu pake tengtop doang sama pake jilbab. Masukan dalam tas. nanti aku mintakan plastik ke pelayan. Jangan lama lama! Ada dua orang cowok ngantri masuk toilet." jelasnya. Mungkin dia sedikit kesal dengan kerewelanku kali ini.

"Jilbabmu lepas, gak lucu pake tengtop doang sama pake jilbab. Masukan dalam tas. nanti aku mintakan plastik ke pelayan. Jangan lama lama! Ada dua orang cowok ngantri masuk toilet." jelasnya. Mungkin dia sedikit kesal dengan kerewelanku kali ini.

Sudah tidak ada waktu lagi untuk berfikir apa lagi untuk berlama lama di dalam toilet. Aku memberanikan diri, keluar toilet dengan dia cowok didepan pintu. dengan tengtop tanpa bra dan tidak ada penutup lain.

Huft.

Perlahan membuka pintu setelah sesaat merapikan rambut lepekku, berjalan keluar dengan berusaha setenang mungkin. Menyapu pandangan ke semua sudut ruangan mencari dimana dia duduk. Berjalan perlahan berusaha mengurangi goncangan.

Sungguh ini sangat menyiksaku. Semua mata seolah tersadar akan kehadiranku. Reflek menoleh dan berbisik dengan teman mereka saat aku melintas di hadapannya. 

Inginku melangkah lebih cepat, tapi akan lebih bergoncang akibatnya. Berjalan berlahan seolah sengaja menyajikan semua tontonan dan siksaan ini kepada mereka. Aku merasakan waktu berjalan lambat.

Hingga aku sampai pada meja, dengan dua makanan dan dua minuman yang menungguku dari tadi. Posisi meja di sudut. Dia duduk menghadap ke depan dan aku di beri tempat membelakangi keramaian. Aku sedikit lega dengan posisi ini.

Aku pun menyantap makanan dengan sedikit tergesa, maksud hati ingin segera selesai dan pulang. Tapi tidak dengan dia yang terlihat begitu santai. Jelas saja aku tidak tenang. Ini lingkungan mahasiswa, dekat dengan kampusku dan kost temen temenku. Akupun berharap tidak bertemu dengan siapapun sampai aku selesai makan.

"Bagus juga ya?!" Ucapnya datar.

Aku terhenyak dari lamunan, tidak menjawab dan hanya memandangnya heran.

"Payudara kamu kencang, puntingnya proporsional. Bagus. Baru kali ini kan aku liat kamu gak pake bra?" Jelasnya.

"Biasa aja kok." jawabku singkat.

"Kamu kenapa kok makan terburu, tengok kanan kiri gak tenang gitu?" Tanya dia.

"Takut ada temenku." jawabku kembali singkat.

"Kamu diam, tenang, gak usah tengak tengok. Lagian rambut kamu sudah bisa mengkamuflase penampilan kamu." jelas nya menenangkan.

Bagaimana aku bisa tenang, di keramaian hanya dengan tengtop tanpa bra. Banyak orang orang asing yang aku gak kenal dari berbagai macam.

Makanku sudah hampir habis, tapi dia dengan santainya hingga belum separuh dia habiskan. bukannya ini prosi kecil yang gak sampai sepuluh menit biasanya sudah habis termakan.

"Coba lihat." ucapnya singkat sambil menatapku datar.

Aku melotot tanpa berkata, yang kemudian dia berdiri meraih ujung tengtop di bawah dagu lalu menariknya ke bawah. 

Aku sempat protes dengan menahan tangannya. Dia hanya melihatku dengan tatapan yang biasa aja kemudian melanjutkan menurunkan tengtop atasku dan mengangkat payudaraku keluar. Kedua duanya!!

"Bagus beb, Aku suka." Ucapnya sambil meremas pelan payudaraku yang sudah mencuat keluar.

Aku memejamkan mata. menahan semua gejolak yang ada. Malu, Takut, Horny, Penasaran, Seru. Semuanya berkumpul menjadi satu hingga aku gemetaran dan berkeringat dingin.

Dia melepas payudaraku, menyudahi siksaan ini dan kembali melanjutkan makan. Saat aku akan menutup kembali payudaraku dia melarang.

"Biar gitu, coba kamu nikmatin makan sambil ngobrol." ucapnya.

"Gak mau ah, ini dari samping kelihatan." Protesku. Benar saja aku membelakangi keramaian tapi dari sudut tepi aja sudah terlihat kalo payudaraku terpampang tanpa penutup.

"Kamu jaga pake lengan kamu, coba nikmati." Dia tetap melarangku.

"Apanya yang dinikmati?" Aku semakin heran dengan permintaan dia yang semakin aneh dan ekstrim.

Kembali aku akan menarik atas tengtop tuntuk menutupi payudaraku, kemudian dia berkata dengan sedikit penekanan dan wajah yang serius.

"Kalau kamu nekat tutup itu sekarang, kamu pulang jalan kaki! Deket kan? 200 meter sampai."

Sudah tak bisa berbuat apa apa lagi. 200 meter memang dekat, dan biasa aku berjalan lebih dari itu saat belanja atau sekedar menikmati sore. Tapi dengan seperti ini tidak mungkin. Jalanan ini sangat ramai. Aku akan melewati ATM Center, Swalayan, Toko toko lain dan cafe yang biasa anak anak cowok nongkrong. 

Aku menyerah menuruti paksaannya.

"Kamu sudah menikmati sexy di tempat umum untuk ngerjain orang yang penasaran sampai kentang. Sekarang coba kamu nikmatin untuk diri kamu sendiri. Mungkin sekarang belum. Tapi kali bisa, pasti kamu akan menikmati keseruan ini." Jeda bicara dia sembari mengunyah dan menyuap makanan.

"Terkadang perempuan direpotkan untuk menjaga penampilang untuk orang lain biar tidak di cemooh, biar tampil menarik, biar ini itu. Kamu gak capek? sekarang kamu bisa bertelanjang di tempat umum yang kamu nikmati sendiri tanpa memikirkan lingkunganmu." imbuhnya.

Alasan dia tepat untuk perempuan yang selalu direpotkan dengan penampilan. Didalam kamar dengan pakaian seadanya yang begitu santai, simple, relax, akan di usik ketika ada tamu atau sekedar keluar membeli sesuatu.

Aku memejamkan mata. Sedikit bersandar pada kursi makan kecil yang tidak nyaman. Menikmati hembusan angin yang menyapu seluruh indra kulit yang tidak terbungkus. Mendengarkan semua kebisingan, obrolan orang, suara kendaraan, dan gemuruh lain yang tidak terdefinisikan. ahhh, seandanya aku duduk di sofa mungkin aku sudah terlelap.

Sesaat kenyamananku terusik, beberapa pengunjung datang dan duduk di deretan meja persis di belakangku. Aku membuka mata dengan segera membuka mata. Entah tiga atau empat orang laki laki dan perempuan yang berbincang sambil menarik kursi untuk duduk. aku tak berani menoleh dengan kondisi seperti ini.

Belum sempat aku mau minta ijin untuk menutupi payudaraku kembali, dia berdiri bilang untuk cuci tangan dan ke toilet. Mulutku mengaga, terhenti saat akan berucap. Hanya bisa menunduk menutupi dengan lengan dan rambut panjangku. Ingin menutupnya segera tapi kawatir akan ancaman dia berjalan di keramaian 200 meter.

Ini perasaan yang paling gila yang aku rasakan semenjak jalan bersama dia hari ini. Butuh definisi seperti apa lagi? aku kehabisan kalimat.

Hingga dia kembali dari cucitangan kemudian duduk, segera aku minta ijin untuk bembenarkan pakaianku. Dan sangat beruntung aku di ijinkan. Entahlah, aku malah seperti ingin berterimakasih dengan banyak kepadanya.

Dia mengajak pulang karna hari sudah mulai gelap. Aku segera berdiri agar dia tidak lantas berubah pikiran lagi. ingin segera sampai dan beristirahat.

Keluar dari tempat makan dengan menunduk hingga tempat parkir tepi jalan, kembali merasakan setiap mata menatap. Berjalan dengan tengtop tanpa bra. Goncangan dan goyangan payudara yang tidak teratur. Entah apa yang mereka pikirkan. Aku sudah tidak peduli.

Saat sampai rumah kos, dia tidak turun. Langsung ingin pulang katanya. sebelum aku memasuki pintu gerbang dia berucap. "Ini tadi yang kamu lakukan namanya eksibisionis. Sebenarnya di jogja banyak yang melakukan seperti itu."

"Dengan Sengaja? Untuk apa?" Tanyaku.

"Untuk semua yang kamu rasakan hari ini. Sekedar ngerjain orang penasaran sampe kentang, sampai yang kamu fantasi yang kamu nikmati sendiri." Jelasnya.

"Ngerjain sih iya, tapi kan malu! Kalau nikmatin, apanya yang dinikmati?" Heran aku.

"Nanti kamu coba cari cerita tentang itu, banyak kok yang shere pengalaman eksibnya di Blog." jelasnya singkat dan lalu dia pergi setelah mengecup keningku.

Aku suka dengan kecupan itu. Tapi banyak pertanyaan yang muncul di benakku.

Fantasi? eksibisionis?

Aku memasuki rumah kos dengan hati hati, berharap tidak ada teman kos yang berada di luar. Akan beralasan apa aku main keluar dengan pakaian seperti ini?! Berjalan sedikit berjinjit, melewati beberapa kamar dengan suara berisik didalamnya, hingga berhadapan dengan pintu kamar. 

Tidak mungkin, aku pasti bersuara membuka pintu. 

Belum sempat berfikir, aku mendengar suara di dapur ujung. Langsung saja aku membuka pintu dan masuk dengan cepat. 
Mengunci pintu kamar, Menaruh semua barang bawaan, melepas jeans yang menyiksa, kemudian menghempaskan diri di atas ranjang.

Mengingat jengkal demi jengkal kejadian hari ini. Mengusap kecil ujung payudara dari luar tengtop.

haaaahhhh....

Apa yang sudah aku lakukan?

Kenapa aku bisa? kenapa aku mau? kenapa aku menikmati?

Eh, Sebentar... Menikmati?
Apakah aku menikmati?
Debar, malu, takut.

Oh iya, ada rasa puas ketika orang menatap dengan heran, memperlihatkan ekspresi tidak percaya dan penasaran.

Apakah itu menikmati?

Seperti saat aku memejamkan mata di tempat makan?
Mungkin iya.

Hingga aku teringat perkataan terakirnya. Memang iya banyak yang melakukan dan membagi pengalamannya?

Sontak aku beranjak mengambil henpon dalam tas, mencari cari dengan keyword yang aku ulang ulang. Eksibisionis. Fantasi. Jogja. Cerita. Pengalaman. Semuanya.

Hingga aku menemukan "Nana Di Pom Bensin"

END

4 komentar: