Kamis, 26 Desember 2019

CIUMAN PERTAMA

Setelah pertemuan itu, kami jadi sering ngobrol lewat chat. Orangnya asik, ngobrol apapun dia bisa. Bahkan hal hal yang diluar bidang dia. 
Sedikit demi sedikit aku mulai mengagumi dia, dan aku mulai merindukan. 
Ini memang salah, beberapa bulan lagi aku akan menikah. Tapi tidak dengan dia.

Kami mulai dekat, beberapa kali dia ke jogja untuk menemuiku, bukan mampir seperti saat awal. Jalan, makan, nongkrong, atau hanya sebatas ngobrol di ruang tamu.
Kami tidak cangung lagi ketika bertatapan. Hingga suatu hari dia reques apa yang akan aku pakai saat bertemu dia.


Sebelumnya kami saling buat pengakuan, salah satu pengakuan dia adalah baru sadar kalo aku punya badan yang bagus menurut dia. Badan kecil dengan payudara yang montok. Kami sedikit mengobrol soal itu. Aku bercerita kalau dulu waktu SMA aku pernah melakukan pijat, dengan cream, dengan biji kacang hijau, olahraga dengan gerakan tertentu yang setadinya cuma iseng dan gak taunya memang bisa memperbesar payudara. 

Saat itu aku minta diantar belanja ke superindo, dia reques aku pake kaos warna cerah yang ketat dengab jilbab pasmina.
Saat itu aku masih protes, karna sebenarnya masihbada rasa minder dan risih kalo orang lain melihat, memperhatikan, apa lagi dengan bodyku yang pada saat itu.
Dia menenangkan, kalo banyak orang tinggal dinturunkan jilbabnya.

Pada akhirnya aku pun memakai kaos hijau panjang ketat yang sebenernya sudah gak muat. Tapi tidak pakai pasmina, aku tetap pakai jilbab segi empat seperti biasa. Biar praktis. Celakanya aku malah pakai bra yang berbusa dan ada kawatnya. Sialan...!!!

Kami keluar siang hari menjelang sore, Sebelumnya aku minta diajak makan di warung sambal. Saat perjalanan dan sampai disana pakaianku masih rapih, dengan jilbab segi empat yang menjulur menutupi dada. beberapa kali tersibak terkena angin dan pasti aku betulkan.

Kami duduk di sebelah kiri ruangan, posisiku membelakangi keramaian karna aku sendiri suka pusing kalo melihat keramaian yang mondar mandir seperti itu. kemudian dia minta untuk menaikan jilbabku, oke lah karna membelakangi keramaian aku naikan aja.

Dan benar saja, saat pelayan nganterin makanan pun agak terkesima, entah aku aja yang merasa aneh dengan diriku sendiri atau memang pelayan itu selalu memperhatikanku. Pasalnya aku pakai kaos ketat yang sebenarnya sudah tidak muat, ditambah dengan bra berbusa berkawat yang bikin makin tegak keatas.
Saat itu aku serba salah dan jadi kaku. Mau aku turunkan jilbabnya ragu terlihat sekali kalau aku sadar, aku pun pura-pura membenarkan jilbab di dagu dengan menyilangkan tangan di atas dada. yang ada malah payudaraku tertekan lenganku sendiri. Pelayan itu terasa lambat menurunkan makanan kami, atau mungkin aku aja yang merasa waktu berlalu cukup lama.

Setelah pelayan pergi, aku bernafas lega. Masih dalam posisi yang sama aku mengajukan protes ke dia, " tuh kan diliatin ". Dan dia malah tertawa lepas. Entah apa yang dia rasakan tapi saat itu aku jengkel dengan tertawanya. Nyebahi...!!!

Sembari menghabiskan makanan kami tetap mengobrol banyak hal, kali ini obrolan lebih santai dan lebih random, mulai dari teman baru, hobi, pacar masing masing atau sekedar teman yang berusaha pengen dekat. ada cowok yang mencoba memperhatikanku, nganterin makanan, beliin pakaian, ngajakin jalan. Ada juga cowok yang lugu, dia adik tingkat di kampusku yang apa apa harus di dikte.

Saat selesai makan, dia memberikan dompetnya untuk aku berjalan ke kasir. Dam..!!! Apa pula ini maksudnya, aku baru kali ini menemukan cowok macam ini. Yang aku tau soal keuangan cowok terlalu gengsi, dan juga tertutup. Terkadang ada cowok yang menyembunyikan kekurangannya atau bahkan pamer terhadap kepunyaannya.
Sesaat aku mengabaikan hal itu, aku menerima dompetnya dan berjalan menuju kasir. tidak ada hal spesial karna kasir pun dijaga oleh cewek, memang ada beberapa pelayan cowok yang memandangiku dan berbisik ke teman di sebelahnya. Sudah lah.

• Pada akhirnya aku baru tau, kalau dia memberikan dompetnya untuk aku ke kasir, karna dia karakter yang terbuka, apa adanya, dan mempercayaiku dalam hal apapun. Tidak ada rasa ingin pamer karna isi dompetnya pun standart, beberapa ratus uang cash, 2 ATM, beberapa kartu identitas diri dan perusahaan. Terlalu biasa untuk cowok yang bekerja di perusahaan BUMN.

Kami berjalan menuju superindo, tak jauh dari tempat makan. Pada saat belanja pun aku sudah tidak menurunkan jilbabku, berjalan dengan menenteng keranjang merah, tidak dengan troli karna tidak banyak yang akan aku beli.
Sebelumnya aku tenteng tas kecil di pundak samping, tapi sekarang tas aku silangkan di pundak dan tali tepat membelah kedua payudaraku. 
Aku sempat protes ke dia karna banyak mata menatapku seolah menelanjangi. Apa lagi saat berjalan, semuanya terasa bergerak. Entah apa pun yang aku rasa waktu itu,. Meskipun ini terkesan biasa, tapi tidak bagiku. Aku malu. Degdegan. Dan semua perasaan yang aku gak tau.

"Apa kamu gak malu? Jalan sama aku seperti ini di pandangin cowok-cowok lain?" Tanyaku

Dia menjawab dengan santai dan tanpa dibuat buat. Dengan tidak berusaha menenangkan. 

"Ngapain aku malu, aku malah bangga. Kamu jadi pusat perhatian. Kalau tidak ada yang memperhatikan kamu malah aku kecewa. Apa lagi kalau yang ngelirik kamu sudah punya pasangan, berarti kamu lebih menarik daripada pasangan dia sendiri."

Dengan jawaban itu entah kenapa aku lega, dan selanjutnya aku malah mencari siapa aja yang mencoba memperhatikanku diam diam. Dammm!!!!

Kami pulang setelah selesai belanja, dia menunggu di ruang tamu selagi aku memasukkan barang belanjaan. Kami ngobrol dengan santai, beberapa obrolan membahas bagaimana perasaanku pas mencoba sedikit sexy dengan kaos ketat saat belanja tadi. 

Sejujurnya aku belum bisa menjelaskan, belum bisa mengartikan apa yang aku rasakan. Malu, degdegan, canggung. Tapi setelah menjelang pulang, aku merasakan berbeda. Ada perasaan penasaran, pede, dan bangga. 

Dia merubah cara pandangku, membangun mentalku, tapi belum sepenuhnya.

Kami ngobrol bersebelahan, tapi posisi duduknya berlawanan arah denganku. Beberapa kali dia menengok ke arahku, jantungku berdebar. Apa apaan ini. Aku gak mungkin melibatkan perasaan sama dia. Tapi kenapa aku nyaman? Kenapa aku nurut atas permintaannya, kenapa aku tenang berada di dekatnya, kenapa? Kenapa?

Sampe saat dia akan berpamitan, obrolan pun selesai dengan segenap pertanyaan. Dia mengecup keningku setelah bersalaman. Tidak lantas berdiri dan beranjak, malah dia melingkarkan lengannya di pangkuanku dengan posisi duduk yang sama. Entah apa yang ingin dia katakan saat kami bertemu tatap. Lalu kami berciuman. 

Sial...!!!

Ini aku yang memulai.

Aku yang menyambut bibirnya terlebih dahulu.

Ada apa denganku?

Aku malu, gengsi, dan campur aduk.

Ciuman berlangsung cukup lama, aku tak pernah selama ini dengan calon suamiku. Tangannya mengusap pipiku, rasa tulus, dan dekat yang aku rasakan. Tangannya turun mengusap payudaraku. Kemudian meremasnya kecil.

Dia yang melepaskan ciuman. Aku malu.
Dia pergi dengan menyampaikan pesan kalo akan ke jakarta untuk beberapa minggu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar